Catatan ‘Antroposen’ #1

“A General Introduction to the Anthropocene” Jan Zalasiewicz dkk. (2019: 2-4)

Zalasiewicz dkk (2014) memberikan pengantar umum tentang Antroposen. Konsep Antroposen memang diperkenalkan oleh Paul Crutzen (2000), namun seiringnya perkembangannya banyak kalangan ilmu geologi termasuk non-geologi mulai melirik konsep tersebut. Alhasil, popularitas Antroposen semakin meningkat Ketika penelitian Crutzen di Ilmu Sistem Bumi (Earth System Science – ESS) mulai membuat titik perbedaan antara Antroposen dan Holosen. 

Antroposen secara eksplisit ingin menjelaskan interval waktu geologi, sebagai sebuah epos atau kala baru yang dibedakan dari epos sebelumnya, yaitu Holosen. Tesisnya merujuk pada penelitian ESS yang membuktikan adanya perubahan secara global terutama ketika dimulainya revolusi industrial awal. Meskipun demikian, Antroposen bukanlah konsep yang final apalagi formal karena masih membutuhkan pembuktian atau ratifikasi secara ilmiah. Antroposen sampai hari ini masih menjadi semacam konsep epos geologi yang masih bergerak di tataran diskursus baik dari sudut pandang geologi maupun non-geologi. 

Setelah Crutzen memopulerkan Antroposen, the Stratigraphy Commission of the Geological Society of London menyatakan bahwa sangat dimungkinkan untuk memformalisasi geologi Antroposen. Simpulan SCGS London memberikan respons yang massif di antara komunitas ilmiah yang mengarahkan pada tesis ‘era manusia’. Sebetulnya, tesis ini telah ada sejak akhir abad ke-18 (Stoppani, 1873; Buffon, 2018), yang menempatkan manusia sebagai penyebab perubahan global. Menyadari hal tersebut, aktivitas antropogenik dianggap menjadi bagian dalam kerangka perubahan / evolusi bumi. Subcommission of Quaternary Stratigraphy (SQS) dari International Commision on Stratigraphy (ICS) membentuk Anthropocene Working Group (AWG) untuk meninvestigasi tesis geologi Antroposen dan memberikan laporan formal untuk proses ratifikasi kepada International Union of Geological Science (IUGS). 

Persoalan lain muncul terhadap diskursus Antroposen ialah pada kerangka interpretasi makna atas Antroposen itu sendiri. Dari sudut pandangan non-geologi membaca Antroposen sebagai wacana yang berbeda sekaligus dekat dengan aspek kemanusiaan. Zalasiewicz menolak banyak interpretasi atas Antroposen secara non-geologis karena akan sangat memungkinkan munculnya ambiguitas makna. Oleh sebab itu, penelitian yang disajikan sejauh dengan aturan-aturan formal untuk memenuhi persyaratan formalisasi atau ratifikasi antroposen untuk dapat dapat menjadi bagian dari ICS (International Chronostratigraphic Chart). Strategi atau pendekatan yang dimulai secara sinkronik daripada diakronik untuk menghindari interpretasi antropologi atau sejarah peradaban manusia. Fokus Antroposen lebih pada karakteristik geologi yang memperlihatkan perubahan secara signifikan yang sebelumnya tidak ada di Holosen, misalnya kenaikan level CO2 Atmosfer, Isotop Karbon dan Nitrogren, Perubahan biosfer, dan bahkan termasuk kepunahan spesies, atau jika adanya bukti geologis lain yang ada sejauh mendukung tesis tersebut.

A close up of a map

Description automatically generated
Figure 1. Kunci transisi dari Pleistosen akhir ke waktu sekarang. Catatan: Stabilitas Holosen akhir yang berubah ketika memasuki fase pertengahan abad ke-20 yang diidentifikasi sebagai titik Antroposen (Zalasiewicz dkk, 2018)

Catatan: Posisi ini membedakan Antroposen dari sudut pandang geologi dan non-geologi. Simpulan saya, Antroposen menjadi suatu format kala / epos yang belum final karena masih terus berkembang dan berlanjut.  

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Design a site like this with WordPress.com
Get started